Thursday, May 24, 2007

Mendusin .....

Jam dua belas malam, menjelang dini hari ....

Bukan kebiasaan kalau misalnya pada saat ini saya sedang ada di tempat ini. Percayalah, meskipun harus diakui bahwa ini adalah kali kedua di saat yang tidak biasanya saya ada di sini.

Keluar dari kubikal kantor --yang kemudian saya semakin yakini sebagai sepotong kecil surga yang bisa memberikan sedikit rasa aman... atau mungkin saya meyakini demikian karena sedang ada dalam situasi yang tidak menyenangkan namun kemudian harus dengan sedikit paksaan meyakininya sebagai satu keniscayaan.

keluar dari kubikal kantor dan saya sepertinya sudah tidak memiliki kendali dengan pikiran juga perasaan,

supir taksi sudah mengantarkan saya di sebuah kafe 24 jam ...

bukan,
saya sedang tidak ingin menikmati jus berry-nya yang menurut saya terlalu banyak gula namun demikian tetap saja selalu dipesan ketika saya ada di sini.

bukan, saya sedang tidak ingin menikmati sensasi untuk melihat dan dilihat di tempat ini yang kadang harus diakui selalu saja menimbulkan perasaan sedikit jengah namun tarikan magnet untuk kembali ke tempat ini selalu saja mengalahkan perasaan jengah itu.

bukan itu ...

dan kalau ditanya kenapa tiba-tiba mulut ini mengucapkan tujuan --kafe 24 jam tersebut-- kepada si sopir taksi ... percayalah, saya juga tidak tahu kenapa saya menyebutkannya dan kenapa pula saya harus ada di situ saat ini.

Otak dan perasaan saya sedang memiliki kendali sepenuhnya dan pastinya bukan saya yang mengendalikannya ...

mungkin si otak dan perasaan sudah memiliki otonomi bertindak sepenuhnya di luar kendali saya si pemilik.


--tertawa sumir dan ironi--

bahkan ketika si jus berry yang terlalu manis dan satu kerat pai apel sudah ada di depan saya pun ... saya masih terkagum-kagum bagaimana otakkku ini memiliki otonomi yang sangat besar untuk menentukan hendak kemana saya beranjak ...

--kembali tertawa sumir sendirian dan merasa semakin seperti orang tolol sedunia--

Ada baiknya mulai meng-inventarisir sebenarnya apa sih yang sedang ada di dalam kepala:

1. Tidak bermaksud menjadi si-biasa-saja-yang-ingin-terlihat-tidak-biasa ... tapi sekarang aku sungguh menikmati ritual melihat mobil lalu lalang ... orang-orang yang berjalan tergesa ... menuju satu arah tertentu ... sambil kemudian saya di duduk di sebuah bangku yang juga tidak terlalu nyaman sebenarnya ... dan kemudian jari-jari berteriak selancar mulut saya mengeluarkan kata-kata di depan komputer kompak warna hitam yang ketika saya beli pun sudah merupakan pindah pemilik dari tangan pertama ke tangan kedua yaitu saya.
Malam di Jakarta dalam kondisi seperti ini buat saya menjadi sangat menenangkan ... dan membuat saya lebih mudah untuk melepaskan lelah ketimbang kemudian langsung beranjak ke rumah dan kemudian pulas tertidur ... justru, sekarang terkadang saya bingung.. kenapa juga saya harus dengan tergesa beranjak ke rumah selepas bekerja dan linglung setelahnya karena frustasi mata saya tidak bisa dipejamkan.

2.Salah seorang karib yang sudah duluan merantau ke Jakarta pada satu saat satu waktu dulu pernah berkata bahwa inex-nya orang jakarta adalah terangkai dalam satu kata : STRESS... saya tidak bisa memaknai apa yang ia bilang.
tapi kemudian saya harus setuju dengannya ... semakin stress, semakin rasanya otak ini tidak terkendali dan kemudian semakin sulit rasanya untuk berhenti
sekarang aku mulai paham kenapa orang Jakarta menjadi sulit BERHENTI
Kalau ternyata saya salah ... maka tolong benarkan jika demikian.
aku ndak tau apakah Ini adalah justifikasi seorang pecundang atau memang keniscayaan ... well, sekali ... tolong benarkan kalau saya ternyata salah.

3. Saya kangen sekali dengan karib saya Den Mas Erwinkus Javanikus ... saya kangen sekali berbincang-bincang dengannya... menertawakan hal-hal tidak penting yang kemudian tanpa komando yang jelas di-amin-i secara bersama sebagai sesuatu yang ternyata penuh esensi untuk hidup kami. antara saya dan dia sekarang seperti dua tikus yang terjebak dalam permainan labirin dan kami terpisah di ujung-ujungnya serta sulit rasanya untuk bertemu di satu titik mengabaikan bagaimana kerasnya dua tikus ini sudah berusaha. Dengannya, saya bisa menangis ... dengannya saya bisa tertawa .. dengannya saya bisa mendapatkan penghiburan yang tulus tanpa tendensi di ujungnya.... Den Mas Erwinkus Javanikus ... Saya kangen sama sampeyan!ingin menangis rasanya ... oh, well .. telat, air mata saya sudah terjatuh saat saya menulis ini.

4. Saya sekarang merasa mulai kehilangan kemampuan untuk menertawakan hal-hal yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam hidup saya ... dulu, saya merasa bahwa bisa selalu selamat dan lolos dari lubang jarum kesedihan ketika saya kemudian mengubah hal-hal tidak menyenangkan dan penuh perasaan menyakitkan menjadi sesuatu yang sangat karikatural.
Jangan ditanya kenapa ... saya sendiri tidak tahu kenapa...
sesuatu yang sangat menyebalkan! saya takut! dulu rasa-rasanya saya bisa menertawakan banyak hal ... membuat semuanya jadi lebih mudah ketika sebenarnya hal tersebut adalah sesuatu yang penat untuk dijalani.
Kamu bisa bayangkan betapa menakutkannya kan ? kalau memang tidak ... well, mungkin cuma hanya saya yang bisa merasakannya ... dan tidak ada yang bisa memahaminya

5. Satu lagi kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa saya mulai meyakini bahwa sedikit sekali pertemanan yang tulus di Jakarta ... ih, ini seperti lagu lama para perantauan ... terlalu melankoli kah kami ? atau tepatnya saya? ... sama seperti saya mulai meyakini bahwa pemeo : "Daripada kamu yang diinjak .. lebih baik kamu yang menginjak duluan!"
begitu benci saya dengan orang-orang yang memiliki sifat ini ... dan lebih takut lagi ketika saya pada satu kondisi yang sifatnya kasuistik juga melakukan hal tersebut!

6. Satu lagi yang bikin aku ndak ketulungan juntrungannya seperti sekarang adalah, saya rindu dengan inti lingkaran hidup saya ... Saya kangen dengan Ibu ... Saya kangen dengan Aan ... dan kalau saya harus membuat daftar dari hal ini ... rasanya daftarnya akan panjang!
Saya kangen bagaimana saya ditertawakan Aan karena reputasi saya yang sering memilih orang yang salah dalam urusan bercinta
Saya kangen bagaimana saya bisa menertawakan satu hal yang sama dengan mereka tanpa kami perlu mengucapkan satu kata pun ... percayalah, kalau kami sedang berkumpul .. itu seperti pertemuan para cenayang yang memiliki kemampuan untuk membaca isi hati dan pikiran lawan bicaranya

7. Orang bilang di balik penampilan saya, tersembunyi sifat sulit untuk berkompromi dengan situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang menurut saya bertolak belakang dengan nilai-nilai yang saya yakini. tapi saya baru saja dihadapkan kenyataan bahwa selama seminggu belakangan ini bertemu dengan orang-orang yang lebih tidak bisa berkompromi dengan hal-hal yang menurut mereka di luar dari koridor tingkat kenyamanan dan nilai yang di yakini. percayalah, bekerja dengan mereka ini benar-benar menguras energi dan menguras emosi. sesedih yang terbilang ... namun itulah keadaannya ...

Nah, sekarang saya baru saja menjebak anda .. yang dengan rela membaca tumpahan perasaan ini panjang lebar dan kemudian berakhir dengan ujung tanpa penyelesaian apa-apa ...

maaf kalau anda kecewa .. tapi anda sudah tersandung di keranjang sampah saya ...

selamat pagi ...

(jam dua dini hari...)