Friday, February 18, 2011

Rekapitulasi

Dulu, si Mamah selalu menekankan begini:

"Aku mau, anak-anakku bisa jujur sama dirinya sendiri, tau apa yang mereka mau, dan mau kerja keras untuk itu!"

Aku diajar untuk selalu percaya pada mimpi-mimpiku.

Kebohongan itu tabu. Apapun alasannya.


Kejahatan paling inggil dimata si Mamah, adalah membohongi diri sendiri.


Kebebasan paling utama adalah ketika kita meyakini segala mimpi yang kita punya
dan berusaha untuk mewujudkannya.

Ujung 2010, Aku memutuskan untuk menulis surat pengunduran diri.

Bukan karena ndak suka lagi dengan pekerjaan di sarang nyaman itu.


Aku kepengin lagi seperti anak burung yang belajar terbang kali pertama.


Mau memberikan sedikit waktu untuk diriku sendiri melihat kembali daftar
mimpi-mimpi yang belum tuntas diwujudkan dan harus dikejar.

Gusti Allah membuktikan dukunganNYA lewat:

Januari
Keinginanku untuk membayar tuntas mimpi seorang Agus kecil seperti dimudahkan.

Pengen punya dan nulis buku, satu-satunya mimpi yang belum terbayar.

Iya, memang buku itu cuma kumpulan dari tulisan-tulisan yang selama ini sudah ada di blog. Tapi tetap saja lah Aku butuh waktu untuk memilih mana yang harus termuat, mengedit yang diperlukan supaya lebih enak dibaca dan juga mencari desainer grafis yang bisa membuatkan cover design untuk buku itu.

Ndilalah semuanya dimudahkan. Cuma butuh waktu efektif 2 minggu untuk akhirnya buku itu lahir. Empat mimpi masa kecilku, terjawab semua. Ini buktinya


Januari

Aku diingatkan untuk selalu punya mimpi besar dan yakin bahwa apapun bisa diraih kalau dasarnya niat baik serta mau kerja keras dan tekun.
Aku dapat kesempatan untuk bertemu dengan sosok inspiratif dan punya mimpi luar biasa, tidak hanya untuk dirinya sendiri. Di Flores, aku bertemu dengan perempuan ini:


Alfonsa Horeng namanya.

Perempuan luar biasa yang memberdayakan perempuan Flores dengan menanamkan dan selalu memupuk spirit menenun.
Karena dengan menenun kita akan melihat bagaimana keluruhan budi, kesabaran, ketelitian, ketekukan serta daya imajinasi yang luas dan kreatifitas dalam pribadi perempuan Flores menjelma menjadi karya seni tinggi.

Darinya Aku belajar bahwa keluhuran budi akan selalu menebas rintangan apapun. Interaksi dengan masyarakat adat yang kutemui disana sungguh membuka betapa kayanya negeri ini.

Di Maluku, aku bertemu dengan lelaki ini:

Rence Alfons.

Bung Rence aku memanggilnya. Lelaki yang punya mimpi luhur untuk membangun tanah kelahirannya dan menyatukan spirit Ambon manise lewat Molucca Bamboo Wind Orchestra dengan latar belakang anggota yang beragam mulai dari petani, polisi, pelajar, tukang ojek, penyadap nira.


Aku dibuat merinding kagum saat paduan suling bambu dan instrumen musik tradisional Maluku yang lain seperti toleng-toleng, toto buang, rebana, tifa, dan indahnya suara nyong ambon mengeluarkan pesonanya.

Sekali lagi, lewat Rence Alfons betapa pentingnya punya mimpi dan visi.

Februari
Keinginanku untuk seperti burung kecil belajar terbang langsung dijawab Gusti Allah dengan beberapa tawaran untuk menghuni sarang baru.


Ternyata benar, cuma butuh keberanian untuk keluar dan menutup pintu supaya kita bisa tahu bahwa sebenarnya ada begitu banyak pintu yang terbuka menunggu untuk kita masuki.

Sarang baru sudah dipilih
Burung kecil bersemangat untuk belajar terbang lagi.


note: foto-foto dan cerita detil perjalananku ke kawasan Indonesia timur menyusul ;)

Thursday, February 10, 2011

Cerita Teh dan Kopi


(Dua hati )
(Dua Cerita)
(Satu rasa)

Cerita Teh
Pada gelap semesta,
Aku menulis di udara.
Aku rindu!

Cerita kopi
Atas nama asap yang berpisah dari abu di jariku.
Aku sungguh mencandu engkau.
Pulang sekarang!

Cerita Teh
Dari jendela kedai kopi ini aku melihatnya.
Berlari kecil menghampiri.
Jantungku keburu copot.
Jantungku mencolot.

Cerita Kopi
Sialan, lelaki kayak begini kok bisa mengganggu benak!
celana katun murah, sepatu dengan kaus kaki putih. Situ pikir Michael Jackson.
Dandanan tak berkelas.
Dengan senyum kelas bintang lima.
Damn! sekarang yang murahan siapa ya!

Cerita Teh
Jangan malu, katanya.
Ulurkan tanganmu dan sebut nama, katanya.
berkali-kali kulihat kamu mengikuti langkahku ke sini, katanya.
dan terus terang, aku selalu menanti tatapan mata itu, katanya.
Ah, sedemikian jelasnya kah?

Cerita Kopi
Katanya,
Kamu nggak galak kok!
Kamu cuma rapuh.
Kayak kertas tissue.
Setan! setan! setan!
Aku sebal!

Cerita Teh
Lelaki ini berkata,
Mulai sekarang berhenti menulis kata rindu di udara.
Mulai lah merinduku.
Hatiku ingin berteriak,
Udara kehilangan maknanya.

Cerita Kopi
Lelaki ini berkata lugas,
Jangan ajak aku kesini kalau engkau malu.
Yang merindu bukan aku tapi kamu.
Aku pulang dulu ya.
Mulutku terkunci,
Jangan pergi!

Cerita Teh
"Uhhhmm enak!"
"Bolu kukus paling enak yang pernah kumakan!"
Matanya bercahaya seperti anak kecil kena permen gulali.
Wahai lelakiku ...
Besok kubawakan lagi, masakan penuh rasa hati
Untukmu.

Cerita Kopi
"Aku tambah gendut ya?"
"Makanku banyak belakangan ini!"
"Atau jangan-jangan karena aku sering diomelin sama kamu?!"
"Nggak apa-apa deh .. omelan sayang!"
"Apa? mau masakin aku? nggak salah? ihihihih coba aku pengen liat kamu sukses masak air tanpa gosong panci!"
Ingin rasanya aku tak masuk kantor hari ini.

Cerita Teh
"Ah masa belum pernah ke club?"
"Kamu kan udah tua! heheheh"
"Aih, mukamu merah kayak perawan desa!"
"Ouch ... idih dicubit! kayak lagi pacaran di pinggir kali ah! ini di cafe, sayang!"
-Ihiik- Lelakiku, aku memang seperti Minah gadis dusun bila bersamamu.


Cerita Kopi
"Pssst ..aduh, apa-apaan sih kamu ikutan masuk ke ruang ganti!"
"Aduuuuh, nanti ada yang liat! ini di SOGO sayang, bukan di rumahmu"
"Eh eh eh ... ah ah ah ... sayang .................. jangan ............... aaaaaaahhhhhh ....!"
Iya, aku liar!

Cerita Teh
"Kalau nanti liat penari telanjangnya, matamu jangan melompat keluar ya!"
Kamu dengan mata jenakamu itu.
"Serius kamu baru pertama kali ini ke gay club? serius?!"
sudah diam!
"Ahahahaha tanganmu keringetan!"
diam! diam! diam! aku malu aku takut!
"Tenang ... ada aku, kamu akan baik-baik saja!"
Tatapan menenangkan itu, wahai lelakiku, justru membuatku semakin ingin pulang dan mencumbumu ....

Cerita Kopi
Aku membalas SMS yang dikirimnya..
"Heeeeeh .... hari gini nggak ada tuh yang bilang SELAMAT BERCENGKRAMA! cis!"
Tapi entah kenapa, senyumku tak pernah mau pergi setiap membaca lagi smsmu, wahai lelakiku.

Cerita Teh
Masih terngiang-ngiang yang dia bilang,
"Ibuku selalu bilang, laki-laki nggak boleh pake tissue! Harus pake saputangan. Nih, kado dari aku... dipake ya ... biar inget aku terus!"
Sekarang aku memegang saputangan kedua dari 3 buah yang kau beri. Setiap memegangnya, hatiku menghangat.


(cerita akan terus lanjut)


Monday, February 07, 2011

Hujan dan Senja


Pada sebuah kedai kopi

Hujan dan Senja berbicara...

Hujan berkata,

Wahai Senja, magnet hidup membawaku padamu

Aku rela, meskipun nanti sepeninggalnya, aku tak berbentuk terpanggang hangatmu

Senja tak menunggu lama

Senja menanggalkan pakaiannya

Senja mencumbu

Hujan merindu

dan lantai menjadi saksi bisu .....

........................................................................


note: gambar dipinjam dari gettyimages

Saturday, February 05, 2011

Pertanyaan dan Mimpi


Aku sekarang paham bahwa impian dan harapan, sebenarnya adalah pertanyaan-pertanyaan kita pada sang Pemberi Hidup tentang apa yang sudah disiapkanNYA untuk hidup kita.

Jaman Aku dan Aan -adikku- masih kecil, kami terbiasa mendokumentasikan hidup lewat kata. kalimat. tulisan.

Semua pertanyaan kami pada Gusti Allah terdokumentasikan tidak saja di benak. Tapi juga di dalam sebuah buku besar tebal berwarna biru yang Mamah beli di toko buku favorit kami "Gunung Mulia", Bogor.

Sebuah buku yang menyimpan bukti bahwa segala pertanyaan kita tentang hidup PASTI akan selalu dijawab sama Gusti Allah.

Sayang, buku besar itu hilang saat banjir besar sewaktu kami tinggal di Semarang.

"Aan besok kalo udah gede, mau jadi polisi!", bisa?

"Aan besok kalo udah gede, mau cari sekolah gratis! keluar udah jadi orang pangkat!", bisa?

"Gaji pertama Aan kalo udah kerja buat patungan beliin Mamah tiket pesawat!", bisa?

Aku belajar untuk tidak lupa dengan mimpi-mimpi yang Aku punya.

Dulu, Agus kecil pernah menulis begini:

"Mimpiku kalo besok udah gede: aku mau jadi penyanyi, penyiar radio, kerja di TV, dan nulis buku kayak Gola Gong, Andra P Daniel, Hilman, dan Enyd Blyton"

Aku berhutang pada Agus kecil.

Hutangku dibayar cicil dengan menjalani hidup tanpa pernah melupakan impian-impian itu yang merupakan pertanyaan pada Gusti Allah.

DijawabNYA tuntas. Pada porsinya masing-masing.

Keajaiban adalah sebuah keniscayaan pada orang yang percaya.

Mimpi pamungkas si Agus kecil, terjawab. Lunas.

Isi buku kecil ini sebenarnya hanya kumpulan-kumpulan tulisan dari usahaku untuk membekukan kenangan. Mendokumentasikan hidup.

Isinya sangat pribadi. Mungkin tidak punya makna istimewa buat yang lain.

Tapi ini mimpi yang menjadi bentuk.

Untuk Agus kecil, mimpimu tuntas!